benci tapi rindu

 “Membenci tapi Mencintai”

nulisbarengpemred@gmail.com

 

“Mencintai tapi Membenci”

 

Dia seperti anak kandungku. Bukan lagi adik, namun seperti anakku sendiri. Hanya saja aku tak pernah melahirkannya, tapi kami tumbuh bersama. Sejak umur dua tahun dia besar di punggungku. Dia tidur bersamaku. Masih teringat saat-saat kecil bersama.

Waktu itu aku masih 9 tahun. Ketika mama kami pergi untuk selamanya. Sejak itu kemanapun pergi, selain ke sekolah. Dia akan selalu di punggungku.

Aku masih bisa menangis, mengenang sebuah musibah yang dia alami. Aku tak berani menyampaikan kepada bapakku kejadian tersebut. Sampai sekarang beliau tak pernah tau. Dia pernah tenggelam di sungai karenaku. Ketika itu kami mandi di sungai. Bersama seorang sepupuku. Saat akum au berenang, dia ku tinggalkan berdiri di pinggir sungai, dkat batu.dan kami asyik berenang-renang. Kettika aku Kembali  aku melihat dia sudah mengapai-gapai dalam air. Dengan tangan kecilnya dia menggapai-gapai, seperti berenang gaya kupu-kupu. (tentu saja baru sekarang aku tau gaya tersebut). Dengan kondisi seluruh tubuhnya di dalam air tentu saja.

Ketika kuangkat dia, nafasnya terengah-engah. Entah lah aku sudah tak ingat bagaimana kondisinya saat itu. Aku sudah tak ingat lagi. Entah tak ingat atau saya belum mengerti, entahlah. Waktu itu saya belum genap 10 tahun.

Hatiku begitu sakit saat itu. Bukan hanya saat itu, sampai sekarangpun seakan ada batu yang menghimpit dadaku. Aku sesak, seperti mau menangis. Tapi takt ahu arti tangisku saat ini. Kejadiannya sudah hamper setengah abad yang lalu.

Sekarang dia sudah 48 tahun. Bukan hanya dewasa, dia bahkan hamper manula. Tapi rasa bersalah itu selalu ada. Di sini, di jantung ini.

“apapun yang mak etek lakukan Mama selau back up, makanya dia tak pernah tau apa kesalahannya.” Putri bungsuku untuk kesekian kalinya marah saat kesalahannya selalu aku carikan solusinya.

“ kemarin SPP Fandri ndak di bayarnya, eh malah Mama yang bayarin. Sampai kapan dia akan tau dengan kewajibannya? Sampai kapan dia tau dengan tanggungjawabnya?”

Debat seperti ini tak pernah usai. Selalu saja terjadi saat kami berkumpul yang sesekali itu.

Kami hanya ngumpul saat-saat tertentu saja. Karena anak-anak yang sudah pada berkeluarga dan tinggal bareg suami mereka masing-masing.

“Mama bilang dia bukan hanya sebagai adiknya, tapi sudah kayak anak kandungnya sendiri.” Demikian suamiku juga ikutan kesal denga apa yang aku lakukan.

Lagi adik kandungku merusak kamar keponakannya. Dan aku minta kakaknya yang membereskan kekacauan tersebut.

Mereka ingin aku membiarkan dia mengurus kekacauan yang dia buat. Membetulkan Kembali pintu kamar keponakannya yang dia rusak. Demi mendapatkan STNK yang terkurung di kamar kemenakannya.

Aku tau, aku juga marah, tapi marahku tak bisa menyelesaikan kekacauan yang dia buat. Aku marah, tapi tetap membantuu dia menyelesaikan semuanya

Semua bukannya tak peduli. Semua peduli, semua sayang sama dia. Tapi dianya yang tak bisa mengerti kami.

Waktu itu dia kecelakaan, dengan mengendarai motorkemenakannya. Namu stnk terkurung di dalam kamar. Sementara orang yang dia tabrak di rawat di rumah sakit, katanya patah. Jdi utuk asuransi terpaksa melapor ke polres.

Nah untuk itulah dia butuh STNK, namun bukannya ngomong kekami izin mengambil stnk, eh malah dia tanya stnk saja, Ketika kami bilang adanya di kamar, dia dobrak saja kamar kemenakannya. Itu yang memicu kesalkami.

 

Maunya  dia ngomong ka kami masalahnya, lalu izin solusinya seperti itu. Ini ndak dia bobl kamar kemenakannya, rencananya dia perbaiki lagi, padahal hari itu dia video call dengankami, saat tau kamar di bobol, dia santai aja bilang, dibobol Namanya tuh. Betul-betul tak bertanggungjawab.

Aku marah, sua,miku marah, anakku marah, menantu juga marah. Tapi musti bagaimana? Kami berjauahan. Saat dimarahi, dia matiin telpon. Itulah yang memicu marah semua. Dan seluruh kelakuan minusnya akhir-akhir ini selalu Nampak jadinya.

Itulah mengapa semua jadi marah. Aku juga marah, namu hati kecilku bicara, dia begini karena terpaksa,

Karena kepepet. Allahu alam entah apa yang salah dengannya.

 

.

Komentar

Postingan Populer