Cerita Soreku
Besok adalah pesta pernikahan anak rang Melayu. Sebagaimana budaya kami di Sungai Rumbai, sehari sebelum pesta pernikahan, akan ada acara Arak Bako.
Arak Bako adalah acara yang mensakralkan hubungan anak pisang jo induak bako di Minangkabau.
Pada acara ini anak daro yang merupakan anak pisang, diarak keliling kampung oleh induak bako.
Arak bako diiringi oleh kuarga besar
induak bako. Anak daro yang baru saja menikah diarak bersama marapulai dari rumah induak bako menuju ke rumah anak daro.
Arak-arakan anak daro jo marapulai diiringi oleh keluarga besar anak daro. Arak-arakan ini, selain membawa kedua pengantin, mereka juga membawa berbagai kado atau hadiah, di samping makanan tentunya. Arak-arakan diiringi musik tambur oleh anak muda Nagari Sungai Rumbai.
Seperti lazimnya, sebelum arak-arakan, anak daro dijemput oleh Bako ke rumah orang tuanya, untuk diarak keliling kampuang. Acara biasanya di mulai pukul 16.00 wib.
Kali ini ada dua acar. satu undangan pesta pernikahan rekan kami sesama guru di Koto Baru. kedua undangan Mananti Arak Bako Rang Malayu di Sungai Rumbai.
Kami pulang dari pesta di Koto Baru pukul 15.30. Hanya ada waktu setengah jam untuk saya bersiap mananti arak bako. Sesampai di rumah saya langsung mandi, sholat, dan bersiap berangkat ke tempat dunsanak yang menikahkan putrinya.
Hari sudah menunjukkan pukul 16.15 Wib ketika kami sampai di lokasi. Baru ada beberapa orang yang telah siap di sana. Kami lihat anak daro masih di rumah orang tuanya, berarti belum dijemput pikir saya.. Kami duduk-duduk di tenda menanti tamu.
Ketika itulah kami melihat beberapa Bundo kanduang berseragam hijau bolak-balik di halaman rumah, kami berfikir, oh... itu Bako rang Piliang baru datang. Kami hanya melihat, ketika mereka hilir mudik di depan rumah.
saya sempat berfikir, mengapaa lah bundo-bundo piliang ni? kok hanya hilir mudik, pasti ada yang dicari. Namun aneh, kami hanya bengong melihat mereka. sampai salah satu dunsanak mengajak kami mulai menata hidangan untuk rombongan bako nantinya.
Ketika lewat di samping Bundo piliang, baru kami sadar kalau beliau memegang carano.( alat untuk membawa sirih). Oh mereka baru datang, untuk menjemput daro dan tidak satupun dari kami sebagai tuan rumah menyambut beliau.
Akhirnya dengan sangat malu saya mengajak tamu kami masuk dan duduk untuk berunding tentang tata cara penjemputan anak daro.
Karena kami saling kenal, Para Bundo Suku Piliang ribut pada kami.
"Bagaimana mungkin kita dianggurin aja, ? kita tamu. maunya kita pulang aja. ya. "
seloroh mereka.
Kami jadi sangat malu.
" hahahahha"
Kami tertawa bersama, menertawakan kebodohan kami sendiri. Bagaimana mungkin tamu dianggurin. Sementara kami hanya bengong. Sibuk dengan fikiran yang bertanya-tanya.
Indak ado malu nan samalu nangko
arang tacoreng nan di kaniang. Untuang tamunya dari kalangan sahabat sendiri, jadi semua bisa kami habiskan hanya lewat canda tawa.
Sungai Rumbai, 09/03/2019
Roskamidar
Besok adalah pesta pernikahan anak rang Melayu. Sebagaimana budaya kami di Sungai Rumbai, sehari sebelum pesta pernikahan, akan ada acara Arak Bako.
Arak Bako adalah acara yang mensakralkan hubungan anak pisang jo induak bako di Minangkabau.
Pada acara ini anak daro yang merupakan anak pisang, diarak keliling kampung oleh induak bako.
Arak bako diiringi oleh kuarga besar
induak bako. Anak daro yang baru saja menikah diarak bersama marapulai dari rumah induak bako menuju ke rumah anak daro.
Arak-arakan anak daro jo marapulai diiringi oleh keluarga besar anak daro. Arak-arakan ini, selain membawa kedua pengantin, mereka juga membawa berbagai kado atau hadiah, di samping makanan tentunya. Arak-arakan diiringi musik tambur oleh anak muda Nagari Sungai Rumbai.
Seperti lazimnya, sebelum arak-arakan, anak daro dijemput oleh Bako ke rumah orang tuanya, untuk diarak keliling kampuang. Acara biasanya di mulai pukul 16.00 wib.
Kali ini ada dua acar. satu undangan pesta pernikahan rekan kami sesama guru di Koto Baru. kedua undangan Mananti Arak Bako Rang Malayu di Sungai Rumbai.
Kami pulang dari pesta di Koto Baru pukul 15.30. Hanya ada waktu setengah jam untuk saya bersiap mananti arak bako. Sesampai di rumah saya langsung mandi, sholat, dan bersiap berangkat ke tempat dunsanak yang menikahkan putrinya.
Hari sudah menunjukkan pukul 16.15 Wib ketika kami sampai di lokasi. Baru ada beberapa orang yang telah siap di sana. Kami lihat anak daro masih di rumah orang tuanya, berarti belum dijemput pikir saya.. Kami duduk-duduk di tenda menanti tamu.
Ketika itulah kami melihat beberapa Bundo kanduang berseragam hijau bolak-balik di halaman rumah, kami berfikir, oh... itu Bako rang Piliang baru datang. Kami hanya melihat, ketika mereka hilir mudik di depan rumah.
saya sempat berfikir, mengapaa lah bundo-bundo piliang ni? kok hanya hilir mudik, pasti ada yang dicari. Namun aneh, kami hanya bengong melihat mereka. sampai salah satu dunsanak mengajak kami mulai menata hidangan untuk rombongan bako nantinya.
Ketika lewat di samping Bundo piliang, baru kami sadar kalau beliau memegang carano.( alat untuk membawa sirih). Oh mereka baru datang, untuk menjemput daro dan tidak satupun dari kami sebagai tuan rumah menyambut beliau.
Akhirnya dengan sangat malu saya mengajak tamu kami masuk dan duduk untuk berunding tentang tata cara penjemputan anak daro.
Karena kami saling kenal, Para Bundo Suku Piliang ribut pada kami.
"Bagaimana mungkin kita dianggurin aja, ? kita tamu. maunya kita pulang aja. ya. "
seloroh mereka.
Kami jadi sangat malu.
" hahahahha"
Kami tertawa bersama, menertawakan kebodohan kami sendiri. Bagaimana mungkin tamu dianggurin. Sementara kami hanya bengong. Sibuk dengan fikiran yang bertanya-tanya.
Indak ado malu nan samalu nangko
arang tacoreng nan di kaniang. Untuang tamunya dari kalangan sahabat sendiri, jadi semua bisa kami habiskan hanya lewat canda tawa.
Sungai Rumbai, 09/03/2019
Roskamidar
Komentar
Posting Komentar