Paijo dan Nirmala (DkH)
Paijo dan Nirmala ( di kedalaman Hati )
Isak tangis tertahan dari kamar kost itu membangkitkan rasa ingin tahu, siapa saja yang mendengarnya.
Joni yang bersebelahan dinding, yang hanya berbatas selembar papan, dapat mendengar dengan jelas suara itu. Dia bangkit dari tidurnya, memakai kaos yang disampirkan di jendela sekenanya. Bergegas dia masuk dan mengetok pintu kamar itu.
" Nirmala,... buka pintunya !"
Sambil terus mengetukkan buku jarinya ke pintu kamar yang terkunci itu. Joni terus berseru.
" Nirmala... Ada apa..? " Tak ada sahutan. Hanya saja isak tertahan semakin jelas kini.
"Ayo buka pintunya! Ada apa Nirmala..?"
Kali ini agak keras , didorong oleh rasa khawatirnya Joni terus mengetuk pintu tertutup itu.
Kalau diperhatikan lembaran papan itu mungkin tak layak lagi di sebut pintu, saking tua dan lapuknya. Kalau dia mau sekali dobrak pintu itu akan terbuka, atau mungkin roboh. Tapi Joni tidak senekat itu. Dia masih bisa menahan diri sambil membujuk Nirmala agar membukakan pintu kamarnya.
Akhirnya pintu itu pun terbuka. Tampak Nirmala dengan wajah kusut berdiri di balik pintu berurai air mata. Joni semakin cemas. Tak biasanya gadis cantik ini menangis. Bahkan Nirmala terkenal gadis keras dan tak kenal takut. Tapi kenapa kali ini wajahnya demikian memelas. Begitu terlukakah perasaannya ?
Joni segera saja masuk ke kamar. Dia memang sudah biasa di kamar Nirmala, itu karena Nirmala sekamar dengan adik kandungnya yang kini sedang belajar bersama temannya di depan.
Menghadapi Nirmala dengan wajah seperti itu, Joni bingung. Tak tau apa yang akan dilakukannya. Ingin dia memeluk gadis itu, namun dia tak berani. Dia hanya berharap perempuan itu tegar seperti biasanya.
Nirmala mengerti kalau Joni ingin tau mengapa dia menangis. Namun dia tak sanggup bicara. Kerongkongannya sakit, dadanya sesak oleh tangis. Segera diambilnya secarik kertas dari meja belajarnya dan menyerahkan lembaran itu kepada Joni.
Joni menyambut kertas itu dengan kening berkerut. Segera saja dibacanya tulisan acak-acakan di lembaran kertas buku tulis tersebut.
Dia sepertinya mengenal tulisan itu. Namun tak mampu mengingatnya. Mungkin karena didorong perasaan tak menentu.
Kini dia paham mengapa gadis itu begitu terluka. Gerahamnya bergeretak menahan geram.
" Kamu temukan di mana kertas ini, Nirmala?"
Kernyit keningnya jelas menandakan kebingungan yang amat sangat.
"Di pintu kamar mandi."
Suara serak Nirmala menyahut walau masih terisak, namun dia sudah agak tenang kini.
Siapa yang takkan syok, kalau ini terjadi pada adikku akan kuinjak injak orang itu. Geram suara Joni menahan emosi.
Biarlah Nirmala, tenanglah, aku akan bantu kamu mencari sikeparat itu bisik hatinya.
Joni tak habis pikir, kenapa ada orang Setega itu pada gadis ini. Dia begitu baik. Penuh perhatian. Walau hidup pas pasan. Namun dia anak pintar dan cantik. Mungkin inilah sumbernya.
Nirmala gadis cantik dan pintar. Walau hidup pas-pasan. Tanpa gaun dan sepatu mahalpun dia sudah cantik. Sehingga siapapun akan jatuh cinta padanya.
Semua laki laki di kosan ini menyukainya. Nirmala terkenal dikalangan mereka. Gadis cantik, pintar nan ramah. Begitu penilaian atas Nirmala. Namun ternyata itu pula yang menjadi bumerang buatnya. cewek-cewek di kosan ini iri padanya. Mereka berebut pengaruh dan perhatian cowok cowok itu. Nirmala, walaupun tak menginginkannya. Dia tak bisa keluar dari lingkaran ini. Umumnya laki-laki disini menyukainya. Dan para perempuan cemburu padanya.
Nirmala tak punya kekuatan sepertinya untuk melawan mereka.
Apalagi sekarang. Cowok ganteng di kosan ini begitu akrab dengannya. Sementara Ratna begitu tergila-gila padanya... Jadilah Nirmala bulan-bulanan mereka. Yang dituduh merebut perhatianlah, yang dituduh ganjenlah. Pada hal.. kalau boleh menilai, merekalah yang ganjen. Merekalah yang berusaha merebut hati para cowok di sini. Namun kenyataan pesona Nirmala jauh lebih kuat dan mengena. Dan Paijo, si cowok ganteng itu telah begitu terbuai akan kesederhanaan Nirmala.
Paijo tak bisa disalahkan pikir Joni. Dia berhak memilih siapa yang disukainya. Nirmala juga. Bagaimana pun dia tak pernah mendekati kami. Hanya dia begitu ramah kepada semua orang. Membuat para cowok tergila gila.
"Ah, sudahlah Nirmala, tenangkan hatimu. Ambil wudhu segera dan sholat... Berdoa pada Tuhan agar diberi ketentraman. Aku akan membantumu mencari mereka yang menulis ini. Kita akan selesaikan segera,..okay, cantik...! Jangan menangis lagi. Biarkan mereka mengira kamu tak pernah menemukan surat ini. Hingga kamu tak perlu terluka. Biarkan mereka menjadi penasaran. Okay... Jangan kau pikirkan ini. Ini hanya sampah..! Atau kamu mau aku bakar saja..?? Tidak , jangan dulu Joni. Nirmala mengambil kertas dari tangan Joni. Aku janji tak akan merasa sedih lagi dengan kata-kata itu. Dan Biarkan Paijo tau apa yang terjadi..
Okay..baiklah kalau begitu. Kau janji hanya Paijo yang boleh tau surat ini. Okay..??
Baiklah Joni, trimakasih sahabat...!!
Senyum manis walau sekilas, cukup buat Nirmala untuk mayakinkan Joni, kalau dia sudah tenang. Dia paham dengan pikiran Joni yang ingin membelanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihan itu di wajahnya. Apalagi perempuan cantik yang menulis surat itu.
Dua hari berlalu tanpa jelas ujung pangkalnya. Nirmala sudah mulai bisa menerima tulisan itu sebagai sebuah curhatan. Namun dia tak pula mengerti. Kepada siapa dia harus mengalah. Kepada siapa harus diiklaskannya si Paijo. Baginya. Laki laki bukan hanya Paijo. Walaupun dia mencintai laki laki itu. Namun kalau bukan jodohnya dia akan bisa menerima semua dengan tabah. Insya Allah.
Selesai sholat dia selalu berdoa kepada Allah... Yaa Robb hamba mohon berikan ketenangan dalam hidup hamba. Berikan yang terbaik buat hamba. Jauhkan segala sesuatu yang akan mendatangkan mudharat buat hamba. Yaa Robb..
Kasihan hamba Yaa Robb... Jauhkan hamba dari segala fitnah di sini... Aaminnn
Siang ini hatinya sudah agak tenang. Kekhawatiran yang ia rasakan selama ini tak perlu dia alami. Apalagi sejak semalam Paijo telah membaca surat kaleng itu. Dia memeluk Nirmala hangat.
"Jangan dipikirkan itu sayang. Jaga perasaanmu sendiri. Biar aku yang akan mencari si penulis surat itu. Kamu tenang saja. Ya... Fokuslah pada ujiannya. Bukankah tanggal 5 Minggu depan kamu ujian akhir..?? Sudahlah. Jangan buang energimu mencemaskan hal yang tak perlu. emang mau apa mereka.. aku sayang kamu. Itu yang perlu kamu tahu.
Nirmala. Apapun yang terjadi, aku tak mau mengganggumu. Aku tak memaksamu. Aku sayang kamu. Aku tak tau apakah seperti ini yang namanya jatuh cinta. Aku bahagia bersamamu, aku hanya ingin hidup dengan kamu. "
Nirmala terpana, ucapan spontan dari bibir lelaki ini mengguncang perasaannya.
Huff....
"sudah lama rasa ini kupendam, aku ragu, takut kau akan menolakku. Namun Aku juga tak ingin memaksamu Nirmala. Kini kupastikan aku menyayangimu. Aku hanya ingin kau bahagia. Kalau kau bahagia denganku. Mari ulurkan kasihmu padaku. Namun kalau kau lebih bahagia dengan yang lain, aku tak kan melarang. Aku hanya mau kau mengerti, aku hanya ingin kau bahagia. Tidak seperti ini. Sudah dua hari ini kulihat kamu sedih terus. Ingat Nirmala, tak ada yang berhak merenggut senyum dari bibirmu. Aku sangat menyukainya. Jangan hilangkan itu ya, sayang.. "
Ingat kata kata itu Nirmala seakan punya kekuatan untuk bangkit. Kini dia telah mendapat dukungan penuh di sini. Dia yang selama ini memang rapuh. Tak punya kekuatan apa-apa. Untuk menegakkan kepala dihadapan gadis-gadis kaya nan centil itu. Namun kini. Dia bangkit. Harga dirinya seakan melambung. Ah aku juga menyukaimu sayang. Aku sangat berharap kebahagiaan berdua denganmu. Desahnya dalam hati.
Tuhan mendengar doa hamba, tuhan ternyata membalas luka itu dengan seulas senyum. Nirmala begitu bahagia. Senyumnya merekah.
Hari-hari berlalu. Surat kaleng itu sudah tak punya arti lagi kini. Dia sudah menjadi kata-kata basi. Yang Tak berpengaruh lagi....
Isak tangis tertahan dari kamar kost itu membangkitkan rasa ingin tahu, siapa saja yang mendengarnya.
Joni yang bersebelahan dinding, yang hanya berbatas selembar papan, dapat mendengar dengan jelas suara itu. Dia bangkit dari tidurnya, memakai kaos yang disampirkan di jendela sekenanya. Bergegas dia masuk dan mengetok pintu kamar itu.
" Nirmala,... buka pintunya !"
Sambil terus mengetukkan buku jarinya ke pintu kamar yang terkunci itu. Joni terus berseru.
" Nirmala... Ada apa..? " Tak ada sahutan. Hanya saja isak tertahan semakin jelas kini.
"Ayo buka pintunya! Ada apa Nirmala..?"
Kali ini agak keras , didorong oleh rasa khawatirnya Joni terus mengetuk pintu tertutup itu.
Kalau diperhatikan lembaran papan itu mungkin tak layak lagi di sebut pintu, saking tua dan lapuknya. Kalau dia mau sekali dobrak pintu itu akan terbuka, atau mungkin roboh. Tapi Joni tidak senekat itu. Dia masih bisa menahan diri sambil membujuk Nirmala agar membukakan pintu kamarnya.
Akhirnya pintu itu pun terbuka. Tampak Nirmala dengan wajah kusut berdiri di balik pintu berurai air mata. Joni semakin cemas. Tak biasanya gadis cantik ini menangis. Bahkan Nirmala terkenal gadis keras dan tak kenal takut. Tapi kenapa kali ini wajahnya demikian memelas. Begitu terlukakah perasaannya ?
Joni segera saja masuk ke kamar. Dia memang sudah biasa di kamar Nirmala, itu karena Nirmala sekamar dengan adik kandungnya yang kini sedang belajar bersama temannya di depan.
Menghadapi Nirmala dengan wajah seperti itu, Joni bingung. Tak tau apa yang akan dilakukannya. Ingin dia memeluk gadis itu, namun dia tak berani. Dia hanya berharap perempuan itu tegar seperti biasanya.
Nirmala mengerti kalau Joni ingin tau mengapa dia menangis. Namun dia tak sanggup bicara. Kerongkongannya sakit, dadanya sesak oleh tangis. Segera diambilnya secarik kertas dari meja belajarnya dan menyerahkan lembaran itu kepada Joni.
Joni menyambut kertas itu dengan kening berkerut. Segera saja dibacanya tulisan acak-acakan di lembaran kertas buku tulis tersebut.
Dia sepertinya mengenal tulisan itu. Namun tak mampu mengingatnya. Mungkin karena didorong perasaan tak menentu.
Kini dia paham mengapa gadis itu begitu terluka. Gerahamnya bergeretak menahan geram.
" Kamu temukan di mana kertas ini, Nirmala?"
Kernyit keningnya jelas menandakan kebingungan yang amat sangat.
"Di pintu kamar mandi."
Suara serak Nirmala menyahut walau masih terisak, namun dia sudah agak tenang kini.
Siapa yang takkan syok, kalau ini terjadi pada adikku akan kuinjak injak orang itu. Geram suara Joni menahan emosi.
Biarlah Nirmala, tenanglah, aku akan bantu kamu mencari sikeparat itu bisik hatinya.
Joni tak habis pikir, kenapa ada orang Setega itu pada gadis ini. Dia begitu baik. Penuh perhatian. Walau hidup pas pasan. Namun dia anak pintar dan cantik. Mungkin inilah sumbernya.
Nirmala gadis cantik dan pintar. Walau hidup pas-pasan. Tanpa gaun dan sepatu mahalpun dia sudah cantik. Sehingga siapapun akan jatuh cinta padanya.
Semua laki laki di kosan ini menyukainya. Nirmala terkenal dikalangan mereka. Gadis cantik, pintar nan ramah. Begitu penilaian atas Nirmala. Namun ternyata itu pula yang menjadi bumerang buatnya. cewek-cewek di kosan ini iri padanya. Mereka berebut pengaruh dan perhatian cowok cowok itu. Nirmala, walaupun tak menginginkannya. Dia tak bisa keluar dari lingkaran ini. Umumnya laki-laki disini menyukainya. Dan para perempuan cemburu padanya.
Nirmala tak punya kekuatan sepertinya untuk melawan mereka.
Apalagi sekarang. Cowok ganteng di kosan ini begitu akrab dengannya. Sementara Ratna begitu tergila-gila padanya... Jadilah Nirmala bulan-bulanan mereka. Yang dituduh merebut perhatianlah, yang dituduh ganjenlah. Pada hal.. kalau boleh menilai, merekalah yang ganjen. Merekalah yang berusaha merebut hati para cowok di sini. Namun kenyataan pesona Nirmala jauh lebih kuat dan mengena. Dan Paijo, si cowok ganteng itu telah begitu terbuai akan kesederhanaan Nirmala.
Paijo tak bisa disalahkan pikir Joni. Dia berhak memilih siapa yang disukainya. Nirmala juga. Bagaimana pun dia tak pernah mendekati kami. Hanya dia begitu ramah kepada semua orang. Membuat para cowok tergila gila.
"Ah, sudahlah Nirmala, tenangkan hatimu. Ambil wudhu segera dan sholat... Berdoa pada Tuhan agar diberi ketentraman. Aku akan membantumu mencari mereka yang menulis ini. Kita akan selesaikan segera,..okay, cantik...! Jangan menangis lagi. Biarkan mereka mengira kamu tak pernah menemukan surat ini. Hingga kamu tak perlu terluka. Biarkan mereka menjadi penasaran. Okay... Jangan kau pikirkan ini. Ini hanya sampah..! Atau kamu mau aku bakar saja..?? Tidak , jangan dulu Joni. Nirmala mengambil kertas dari tangan Joni. Aku janji tak akan merasa sedih lagi dengan kata-kata itu. Dan Biarkan Paijo tau apa yang terjadi..
Okay..baiklah kalau begitu. Kau janji hanya Paijo yang boleh tau surat ini. Okay..??
Baiklah Joni, trimakasih sahabat...!!
Senyum manis walau sekilas, cukup buat Nirmala untuk mayakinkan Joni, kalau dia sudah tenang. Dia paham dengan pikiran Joni yang ingin membelanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihan itu di wajahnya. Apalagi perempuan cantik yang menulis surat itu.
Dua hari berlalu tanpa jelas ujung pangkalnya. Nirmala sudah mulai bisa menerima tulisan itu sebagai sebuah curhatan. Namun dia tak pula mengerti. Kepada siapa dia harus mengalah. Kepada siapa harus diiklaskannya si Paijo. Baginya. Laki laki bukan hanya Paijo. Walaupun dia mencintai laki laki itu. Namun kalau bukan jodohnya dia akan bisa menerima semua dengan tabah. Insya Allah.
Selesai sholat dia selalu berdoa kepada Allah... Yaa Robb hamba mohon berikan ketenangan dalam hidup hamba. Berikan yang terbaik buat hamba. Jauhkan segala sesuatu yang akan mendatangkan mudharat buat hamba. Yaa Robb..
Kasihan hamba Yaa Robb... Jauhkan hamba dari segala fitnah di sini... Aaminnn
Siang ini hatinya sudah agak tenang. Kekhawatiran yang ia rasakan selama ini tak perlu dia alami. Apalagi sejak semalam Paijo telah membaca surat kaleng itu. Dia memeluk Nirmala hangat.
"Jangan dipikirkan itu sayang. Jaga perasaanmu sendiri. Biar aku yang akan mencari si penulis surat itu. Kamu tenang saja. Ya... Fokuslah pada ujiannya. Bukankah tanggal 5 Minggu depan kamu ujian akhir..?? Sudahlah. Jangan buang energimu mencemaskan hal yang tak perlu. emang mau apa mereka.. aku sayang kamu. Itu yang perlu kamu tahu.
Nirmala. Apapun yang terjadi, aku tak mau mengganggumu. Aku tak memaksamu. Aku sayang kamu. Aku tak tau apakah seperti ini yang namanya jatuh cinta. Aku bahagia bersamamu, aku hanya ingin hidup dengan kamu. "
Nirmala terpana, ucapan spontan dari bibir lelaki ini mengguncang perasaannya.
Huff....
"sudah lama rasa ini kupendam, aku ragu, takut kau akan menolakku. Namun Aku juga tak ingin memaksamu Nirmala. Kini kupastikan aku menyayangimu. Aku hanya ingin kau bahagia. Kalau kau bahagia denganku. Mari ulurkan kasihmu padaku. Namun kalau kau lebih bahagia dengan yang lain, aku tak kan melarang. Aku hanya mau kau mengerti, aku hanya ingin kau bahagia. Tidak seperti ini. Sudah dua hari ini kulihat kamu sedih terus. Ingat Nirmala, tak ada yang berhak merenggut senyum dari bibirmu. Aku sangat menyukainya. Jangan hilangkan itu ya, sayang.. "
Ingat kata kata itu Nirmala seakan punya kekuatan untuk bangkit. Kini dia telah mendapat dukungan penuh di sini. Dia yang selama ini memang rapuh. Tak punya kekuatan apa-apa. Untuk menegakkan kepala dihadapan gadis-gadis kaya nan centil itu. Namun kini. Dia bangkit. Harga dirinya seakan melambung. Ah aku juga menyukaimu sayang. Aku sangat berharap kebahagiaan berdua denganmu. Desahnya dalam hati.
Tuhan mendengar doa hamba, tuhan ternyata membalas luka itu dengan seulas senyum. Nirmala begitu bahagia. Senyumnya merekah.
Hari-hari berlalu. Surat kaleng itu sudah tak punya arti lagi kini. Dia sudah menjadi kata-kata basi. Yang Tak berpengaruh lagi....
Komentar
Posting Komentar