Jika Adek Besar Nanti
Jika Adek Besar Nanti
Sangat sulit bagi sebahagian orang untuk memberi penjelasan kepada anak-anak mereka, terutama ketika harus menjelaskan hal-hal yang sifatnya tabu dibicarakan.
Tidak bagi keluarga kami. kebiasaan bicara terbuka itu sudah ada sejak dari orang tua dahulu. Apapun yang terjadi bapak wanti-wanti agar kami berterus terang. Tak perlu takut. Meski telah bersalah, kami tetap tidak boleh berbohong.
Bagi kami bersalah dan jujur itu sudah dimaafkan, Paling hanya dinasihati, Agar lain kali hati-hati. Itupun kami terapkan dalam keluarga kecil kami.
Saya bersama suami terbiasa bicara apa adanya kepada dua putri kami. Kebiasaan itu memang sengaja kami ciptakan supaya mereka terbiasa mengeluarkan pendapatnya kelak.
" Ma, kata bu guru, anak-anak harus tidur di kamarnya sendiri. Kok uni ndak Ma, Uni mau tidur di kamar sendiri juga lah, boleh ya Ma..?"
Tiba-tiba si sulung mengadu kepadaku, sepulang sekolah.
"Tentu saja boleh sayang..., kalau uni mau. Emang uni berani tidur sendiri di kamar sebelah ?"
aku memandang putriku dengan sedikit ragu.
Memang dia sudah 5 tahun dan duduk di Taman Kanak-kanak.
Setahuku di kurikulum TK memang ada pendidikan kemandirian. Salah satunya tidur di kamar sendiri. Rupanya putri sulungku baru belajar tentang itu di sekolahnya.
" Mau sih, tapi... ditemani adek, ya.?"
"ditemani, kenapa?," tanyaku penasaran.
" Agar uni nanti ndak takut"
"Emang Uni takut "
"Iya,.."
jawaban polos itu menggelitikku untuk menggodanya.
" Kalau takut, lantas kenapa minta?"l
" Kan kata Bu Guru kalau anak pintar tu musti di kamar sendiri tidur. uni kan pintar ?"
" Baiklah, anak pintar.
Nanti kita atur agar adik juga mau tidur di kamar sendiri sama uni."
Suamiku juga menyambut baik keinginan si sulung. Memang lebih baik dia tidur di kamar sendiri. Biar bisa sedikit mandiri.
Namun si bungsu menolak ide itu. Bahkan dengan tegas menolak tidur terpisah dari kami.
"Ndak, Adek ndak mau dak, Adek mau tidur dekat papa aja."
Dengan berbagai cara Uni membujuk adiknya, namun dia tetap saja menolak.
"Masak udah besar kok masih mau tidur dekat papa"
tiba-tiba kudengar papanya ikut nimbrung.
"Biar aja, Adek kan maunya tidur sama papa, bukan sama uni."
"Anak perempuan kalau udah besar nggak tidur sama papanya lagi, dia harus tidur di kamar sendiri"
"Mana..?
tu, mama kan anak perempuan, sudah besar lagi, kok
masih tidur sama papa..?"
Aku tercekat mendengar jawaban spontan si bungsu.
Papanya melirik aku, sambil tersenyum simpul. sedikit bingung ku lihat dia garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Ayo diselesaikan debatnya, jangan sampai tidak."
kataku sambil lalu.
" Ha ha ha, kena deh aku." Bisiknya.
"Sini, Adek .. Papa bilangin. " Di tariknya tangan anak perempuan yang masih tiga tahun itu, dibawa ke pangkuannya.
"Adek, mama itu istri Papa, beliau musti tidur dekat Papa, kerena harus menunaikan kewajibannya." sambil menahan senyum dia melirikku.
"Emang apa kewajiban istri tu?"
tak kenal menyerah ni anak. Betul betul.anakku. bisikku dalam hati.
"hahahah.. "
akhirnya tawa itu lepas juga. suamiku tak bisa menahan geli mendengar celoteh anak perempuan kecilnya. Ternyata anakku pintar juga. tak mudah menyerah lagi. Aku hanya tersenyum dan menyerahkan semua pada suamiku. aku melihat bagaimana dia menjelaskan hal ini pada putrinya.
" Kewajiban istri itu adalah tidur dekat suaminya."
" Owh,.." mulit mungil itu membulat seakan mengerti sekali, kepalanya mengangguk.
"Kalau begitu adek kalau dah besar nanti menikah juga ya, Pa.
Adek juga tidur dekat suami adek besok!"
kami serentak terbahak mendengar celoteh si bungsu. Anak sekarang benar-benar cerdas. Apa yang akan terjadi kalau kita tidak menjelaskan dengan tepat.
Sungai Rumbai, 20 Februari 2020
.Roskamidar
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Komentar
Posting Komentar