Paijo dan Nirmala (CyB)

Paijo dan Nirmala
(Cinta yang Berbisa )

Masih terbayang di pelupuk mata ini, kilat mata pisau yang dipantulkan kamera. Sang sopir bergidik ngeri membayangkannya. Wajah seram sang residivis dibarengi kilat kemarahan yang terpancar dari bola matanya yang menghijau di kegelapan malam. Membuat nafasnya sesak. Keraguan tampak jelas dari bola matanya yang bening saat meninggalkan penumpangnya di gemerlapnya malam kota metropolitan.
Bukan dirinya yg ia cemaskan, namun  nasib wanita cantik disampingnya ini  yang membuat sang sopir khawatir. Akankah besok pagi dia menemukan mayat perempuan ini tanpa identitas? Ataukah akan ditenggelamkan di kedalaman kali Ciliwung yang kotor ? Atau bahkan dibuang dalam karung di TPU Bantar gebang ? Entahlah, semoga Tuhan melindungimu gadis cantik nan ramah, doanya dalam hati.
Hati anak muda ini nelangsa, dia bisa merasakan maut yang mengancam nyawa perempuan itu, namun dia tak mampu menolongnya. Dia menyesali diri sebagai laki - laki. Lelaki tak berguna, keluhnya. Namun hatinya sedikit bimbang, melihat ketenangan Nirmala.
Bukan Nirmala namanya kalau harus takut dengan ancaman itu. Dia sudah mangalami berpuluh ancaman dari laki - laki itu. Namun baru kali ini ia diancam dengan belati terhunus. Ah lagi - lagi aku harus sabar keluhnya dalam hati.
Sengaja diminta sopir melewati mobil Paijo, di mana lelaki berangasan itu menantinya dengan belati terhunus,
 "kau sampai di mana, ? Ini mobilku sudah siap tempur."
Demikian ancaman Paijo dengan bola mata menyala - nyala di video call 5 menit yang lalu. Dia mengkhawatirkan keselamatan anak muda sopirnya ini. Dia tak bersalah. Kalau sampai menderita karena ulah Paijo kali ini, aku akan sangat menyesal keluhnya.
Akhirnya mobil itu berhenti di tengah keramaian kota metropolitan. Di samping sebuah gang Nirmala turun sambil mengucapkan terimakasih, tak lupa dia melemparkan seulas senyum sebagai isyarat ketenangannya, dan agar anak muda itu tak perlu mencemaskannya .
"Pindahlah ke depan nak gadis, agar kakakmu ada teman ngobrol,... Hati - hati ya"
Sambil menenteng tas Nirmala berlalu dengan santai. Diiringi raut kecemasan yang nyata sang sopir.
 Akhirnya ditenangkannya dirinya sendiri, sambil membalas senyum itu. "Hati hati Bu,... "
Pesannya.
Aneh nih wanita, begitu tenangnya. Padahal aku melihat dan mendengar dengan jelas ancaman pisau belati itu padanya. Siapakah dia..?? Perempuan yang begitu tenang menghadapi maut.
Ya Allah lindungi dia... Hanya kepadamu aku bisa menitipkannya." Doanya dalam hati.
 Aku tak yakin dengan kemampuannya. Tapi kenapa begitu tenang. ?? Ah.. biar saja, keluhnya, toh aku tak tau siapa perempuan itu, dan hubungannya dengan lelaki bermata menyala itu. Sambil berlalu untuk  pulang ke rumahnya. Seandainya dia adik kandungku ini, apa yang bisa kulakukan ? Pikirnya.
Nirmala berlalu dengan tenang. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Dia berjalan dengan santai, karena yakin Paijo tak kan berani masuk gang tersebut. Paijo akan berfikir 1000 kali untuk mengejarnya ke sana.
Walau kemarahan memuncak, dia tetaplah Paijo. Laki - laki yang sangat dicintainya itu tak kan tega menghabisinya. Dia yakin itu. Walau kemarahannya meledak - ledak, . hanya beberapa meter masuk gang dia pun sampai di rumah.
Dilihatnya adik - adiknya tengah bergelimpangan tidur di ruang tengah, sebagai tanda mereka tadi menunggu dirinya hingga tertidur di ruang tengah. Namun selarut ini dia baru sampai.
"Kenapa lama sekali kak ? "
Tiba - tiba si bungsu bangun mendengar derit pintu tua itu ketika dibuka dari luar.
" Mobilnya bermasalah di jalan, Dik, jadi sopirnya tak berani kencang."
Nirmala menjelaskan sambil berjalan ke kamar mandi.
" Kak kenapa harus kakak yang selalu pergi menagih. Kenapa tak kami saja ?"
Kecemasan si bungsu terhadap kakak perempuan satu satunya ini tampak nyata.
"Hahahhaha, kamu, kenapa berfikir kakak tak pantas lakukan ini? "
Nirmala merasa lucu mendengar  kepolosan si bungsu
"Jangan cemaskan kakakmu ini,. Kamu cukup belajar yang rajin, agar waktu kita tak terbuang percuma, okay...??  "
"Baiklah kak, kalau memang itu keputusan Kakak"
Katanya sambil berlalu ke kamarnya sendiri untuk melanjutkan tidurnya.
Selesai mandi dan Sholat Isya, Nirmala bersiap untuk istirahat. Namun dia hanya bisa bolak-balik di tempat tidur. Matanya tak bisa terpejam. Terbayang bagaimana marah'nya Paijo, dengan belati terhunus mengancamnya. Tak ketinggalan sumpah serapah dari mulutnya yang penuh asap rokok. Alih-alih membenci ataupun marah, justru Nirmala sangat kasian sama dia. Aku dapat merasakan sakitnya cemburu, apalagi Paijo mengalaminya hampir setiap aku  bepergian. Dia sangat menderita karena tak bisa mengantar Nirmala, dan sangat cemburu kalau ada laki laki lain yang duduk dekat Nirmala.
" Ah..." Keluhnya.
" Aku harus bagaimana "
Akal sehatnya ingin meninggalkan residivis itu. Namun setiap dia coba, justru dia merasakan semakin merindu.
Bukan tak berusaha, Nirmala sangat sering mencoba menjauh dari laki-laki itu, namun tak pernah bisa. 
Kadang aku berfikir diguna gunainya. Namun lebih sering tak percaya, mana mungkin orang yang melakukan guna - guna justru menderita..??? Cemburu berlebihan membuat dia sangat menderita.

Sungai Rumbai, 28 Maret 2019

Komentar

Postingan Populer